bagi kebanyakan orang, kata-kata seperti itu dianggap wajar dan lucu jika digunakan. saat sedang bersantai dan bercanda dengan kawan, terkadang memang perlu ada sedikit banyolan untuk sekedar memperhangat suasana. namun masalahnya, beberapa orang terkadang mengucapkan banyolan-banyolan seperti itu pada tempat dan saat yang tidak tepat; yang lebih parah lagi, terkadang banyolan ini diucapkan kepada orang yang tidak tepat, seperti kepada orang yang jauh lebih tua ataupun atasan. pada saat seperti itu, hal yang dianggap lucu bisa menjadi sesuatu yang dianggap tidak sopan, hasilnya: bisa saja berdampak fatal seperti tindak kekerasan, pemecatan, sanksi dan sebagainya.
jika diperhatikan, semakin lama kata-kata seperti ini mulai ditirukan anak kecil dalam pembicaraannya dengan teman sebaya atau dengan orang yang lebih tua. beberapa
Contoh 1 :kira-kira kalau anda menjadi guru tersebut, bagaimana perasaan anda?
G:guru
M:murid
G: hari ini, salah satu teman kita kehilangan ayahnya.
M: terus gue harus bilang WOW gitu?
dan apa yang akan anda lakukan pada murid tersebut?
Contoh 2 :bayangkan jika anda adalah boss itu
B: boss
P: pegawai
B: saya minta tolong kamu periksa data-data penjualan ini
P: ciyus ni? miapa?
dari dua contoh diatas, bisa dilihat bahwa pengaruh dari televisi serta pergaulan jika tidak digunakan di tempat yang tepat, akan menjadi bumerang yang kemudian menghancurkan diri sendiri.
jadi silahkan anda pilih bagaimana cara anda bertutur kata. apakah anda akan mengikuti trend yang kurang baik atau anda mau menjadi contoh bagi orang lain?
pesan bagi produser iklan, lembaga penyiaran indonesia, serta editor stasiun tv:
tolong filter konten-konten tayangan yang ada sesuai dengan batas-batas kesopanan dan kesantunan. jika orang merokok saja disensor, kenapa kata-kata yang mengajarkan anak-anak menjadi kurang ajar masih dibiarkan? atau sekalian saja tidak usah ada lembaga sensor
Posting Komentar