Lombok - Memiliki penduduk dengan beragam keyakinan, di Indonesia Anda masih bisa melihat indahnya hidup dalam perbedaan. Wisatawan bisa melihat langsung keindahan ini, saat berkunjung ke Pura Lingsar di Lombok. Mau Tahu?
Sekilas pura ini terlihat biasa saja, tidak berbeda dengan pura lainnya. Tapi ada kejutan lain bila Anda masuk ke dalam Pura Lingsar yang berada di Narmada, Lombok Barat, NTB ini. Di sini Anda bisa melihat umat Hindu dan Islam beribadah dalam satu lokasi.
Pura Lingsar yang dibangun oleh Raja Mataram Lombok, Anak Agung Ngurah ini terbagi menjadi 4 bagian pura. Keempat pura tersebut bernama Pura Gaduh, Kemaliq, Bharata Bagus Balian, dan Lingsar Wulon.
Pura Lingsar merupakan pura terbesar dan tertua di Lombok. Bila biasanya hanya umat Hindu yang menggunakan pura sebagai tempat beribadah, di Pura ini umat Islam dari Suku Sasak juga beribadah di pura ini.
Saat memasuki pura ini, Anda harus mengenakan selendang yang diikatkan di pinggang. Hal ini digunakan guna menghormati pura yang dianggap suci oleh Umat Hindu dan Islam.
Meskipun terbagi menjadi empat bagian, Pura Lingsar memiliki dua bangunan utama yaitu Gaduh yang digunakan oleh umat Hindu dan Kemaliq yaang digunakan oleh umat Islam Watu Telu. Di dua bagian ini, terdapat dua rumah yang dihuni oleh Pemangku atau pemimpin umat Hindu dan Amangku pemuka agama Islam Suku Sasak.
Pada hari-hari besar tertentu kedua umat beragama ini masing-masing memiliki acara besar. Misalnya, pada bulan Desember biasa umat Hindu melakukan upacara Pujawali di Pura Gaduh, Kemaliq, dan Bharata Bagus Balian. Nah, pada saat yang sama umat Islam juga menggunakan Pura Kemaliq sebagai tempat beribadah. Meskipun begitu, kedua umat beragama ini akan menggunakan Kemaliq secara bergantian.
Tidak berbeda dengan Hindu, saat Idul Fitri umat Islam Suku Sasak juga memakai Pura Kemaliq. Tidak ada yang saling mengganggu atau mendahului. Kedua agama tersebut tetap bisa beribadah dalam suasana damai dan kebersamaan.
Uniknya, di pura ini ada tradisi unik yang biasa dilakukan oleh kedua suku beragama ini. Setelah umat Hindu melaksanakan Pujawali, upacara atas kelahiran Ida Bharata, ada tradisi khusus yang mengikut sertakan Muslim Sasak.
Tradisi khusus tersebut dikenal dengan nama perang opat. Opat di sini berarti ketupat. Ini bukanlah perang yang menimbulkan pertumpahan darah, melainkan yang menjadi simbol perdamaian antar umat Hindu dan Muslim di Lombok.
Selain ritual perang opat, masih ada sesuatu yang menjadi simbol kerukunan beragama di Pura Lingsar. Tidak hanya umat Hindu dan Muslim yang bisa beribadah di sini, tapi agama lainnya juga bisa memanjatkan doa di sini dengan khusyuk. Wah!
Posting Komentar